Praktisi teknologi informasi meluncurkan SITTI, platform yang membantu pemasang iklan untuk menempatkan iklannya di situs berbahasa Indonesia yang isinya sesuai dengan pesan iklan/ produknya.
Andy Sjarif, Pendiri SITTI, mengungkapkan banyak perusahaan di Indonesia, besar dan kecil, yang memiliki penyakit kronis PDTNTLM atau Pingin ke Digital Tapi Nggak Tahu Lewat Mana, dan SITTI dapat menjadi jembatan untuk ini.
SITTI merupakan mesin yang mengerti Bahasa Indonesia yang baik dan benar, bahasa slang, bahasa jadul, sampai yang nyleneh, atau yang sedang tren di kalangan ABG sekarang, bahasa 4lay (alay).
"Dengan kemampuan tersebut serta perbendaharaan kata yang dimiliki, SITTI dapat menjadi biro jodoh antara pengiklan dan blog/situs yang ada di SITTI,” ujarnya hari ini.
Sebagai catatan, pertumbuhan jumlah pengguna Internet Indonesia dalam kurun waktu 9 tahun terakhir ini mencapai 1.150%, dengan total populasi mencapai 38 juta orang. Populasi ini masih belum memperhitungkan telepon selular sebagai salah satu jalur mengakses internet.
Dengan pertumbuhan yang setinggi ini, wajar kalau Internet menjadi salah satu medium yang paling dikejar oleh para pengiklan. Namun, alokasi iklan digital di situs-situs berbahasa Indonesia masih berada di kisaran 2% dari total pengeluaran iklan. Bisa jadi penyebabnya karena belum jelasnya keterukuran iklan dalam situs tersebut.
SITTI dapat menjadi jawaban dalam permasalahan di atas. Karena SITTI adalah sebuah platform iklan digital kontekstual yang memiliki kemampuan menampilkan iklan pada situs/blog berbahasa Indonesia sesuai dengan konteks konten pada laman tampilan.
Sebagai contoh, laman konten yang berisi berita tentang banjir di Jakarta, iklan yang akan ditampilkan oleh SITTI dapat berupa iklan asuransi kendaraan bermotor yang memberikan perlindungan terhadap banjir.
Dengan kemampuan yang dimiliki SITTI, relevansi antara kebutuhan memasang iklan di laman yang sesuai dengan targetnya, akan dapat terpenuhi.
Rene Suhardono, seorang pemerhati UKM, career coach, dan promotor aktif SITTI, menambahkan dengan semua kemampuannya, SITTI akan memberdayakan usaha kecil menengah sebagai sarana promosi murah dan tepat guna.
"Anggaran yang dibutuhkan relatif kecil, hanya perlu bayar apabila iklan di-click, namun sangat efektif. Pemilik UKM tidak perlu pusing lagi memikirkan anggaran dan target promosinya, karena akan dibantu oleh SITTI.”
Jika SITTI berguna bagi pengiklan untuk menampilkan iklannya secara efektif, maka pemilik blog/situs juga akan menarik manfaat karena SITTI dapat membuat blog / situs menjadi sumber pendapatan bagi pemiliknya.
Adryan Fitra, salah seorang pemilik blog / situs mengatakan, “Iklan yang tampil sesuai dengan konteks artikel di laman saya, sehingga memperbesar kemungkinan memenuhi kebutuhan pembaca untuk meng-klik iklan yang tampil. Dengan mekanisme pay-per-click saya sebagai pemilik blog/situs akan mendapatkan pemasukan dari setiap iklan yang dilihat pada blog/situs saya.”
Mulai 1 Oktober 2010, SITTI melakukan uji kuantitatif BETA-nya secara live, dimulai dengan menguji 329 merek; dengan 3,000 iklan dan 30,000 kata kunci (keywords). Dalam uji ini, ke 329 merek tersebut beriklan gratis di platform SITTI, yang kini telah mencakup lebih dari 1.6 juta halaman situs dan blog.
Tujuan awal pengujian ini adalah untuk membandingkan kinerja SITTI dengan kinerja pemain terbaik dunia, Google AdSense. Perbandingan ini kemudian dijadikan dasar untuk memperbaiki kinerja SITTI.
Apakah sistem iklan SITTI lebih baik dari Google? Jawabannya tidak.
Namun, hasil dari uji pada beberapa matriks yang diukur selama periode 1 Oktober-5 November, dari 329 merek dengan 3.000 iklan dan menggunakan 30.000 kata kunci menunjukkan bahwa kinerja SITTI mampu mengalahkan kinerja Google AdSense.
Inilah SITTI, sebuah terobosan karya anak bangsa, agar iklan digital Indonesia dapat menjadi tuan rumah di Negeri sendiri. Kalau dunia punya Google AdSense, Indonesia punya SITTI.
Dan hanya Indonesia